TAKWIL, TAFSIR DAN TERJEMAHAN ALQUR”AN
Oleh : NARTO (sabdonarto@gmail.com)
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Bersamaan dengan
diutusnya Rasul, diturunkan pula Al-Kitab yang berfungsi menyelesaikan
perselisihan dan menemukan jalan keluar dari berbagai problem yang dihadapi
manusia.[1]
Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia ke jalan yang diridhai Allah
(hudan linnas) dan berfungsi pula sebagai pencari jalan keluar dari kegelapan
menuju alam terang benderang.[2]
Fungsi ideal al-Qur’an itu dalam realitasnya tidak
begitu saja dapat diterapkan, akan tetapi membutuhkan pemikiran dan analisis
yang mendalam. Harus diakui bahwa ternyata tidak semua ayat al-Quran hukumnya
sudah siap pakai. Banyak ayat-ayat yang masih global dan musytarak yang tentunya
memerlukan pemikiran dan analisis khusus untuk menerapkannya.[3]
Banyaknya ayat-ayat yang global ini bukanlah
melemahkan peran al-Qur’an sebagai sumber utama hokum Islam, akan tetapi malah
menjadikannya bersifat universal. Keadaan ini menempatkan hokum Islam sebagai
aturan yang bersifat takammul (sempurna) dalam artian dapat menempatkan diri
dan mencakup segenap aspek kehidupaan; bersifat wasathiyah (seimbang dan
serasi) antara dimensi duniawi dan ukhrawi, antara individu dan masyarakat: dan
juga bersifat harakah (dinamis) yakni mampu berkembang dan dapat diaplikasikan
di sepanjang zaman.[4]
Dalam upaya pemusatan pemikiran dan analisis dalam
menetapkan ketentuan hokum yang dikandung dalam al-Qur’an itulah diperlukan
penafsiran dan pentakwilan terhadap ayat-ayat al-Qur’an.[5]
B
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Apa pengertian Tafsir, Takwil dan Terjemah ?
2.
Bagaimana munculnya Tafsir dan Ilmunya ?
3.
Bagaimana Pembagian Tafsir ?
4.
Bagaimana Syarat dan Adab Penafsir Al Qur’an ?
C Tujuan Pembahasan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas maka penulis dapat menentukan tujuan pembahasan makalah
sebagai berikut :
1.
Ingin mengetahui pengertian Tafsir, Takwil dan
Terjemah.
2.
Ingin mengetahui munculnya Tafsir dan Ilmunya.
3.
Ingin mengetahui pembagian Tafsir.
4.
Ingin mengetahui syarat dan adab penafsir Al Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A Pengertian Tafsir, Takwil dan
Terjemah
- Pengertian Tafsir
Tafsir menurut bahasa adalah penjelasan
dan penerangan,[6]
didalam lisanun arab tafsir menurut bahasa adalah penjelasan,[7] dengan tujuan
menjelaskan sesuatu yang
kurang paham.
Menurut
Muhammad Ali As-Shobuni, tafsir menurut bahasa sebagai berikut :[8]
التفسير في اللغة
هو الا يضا ح و التبيين فسر بمعنى بين ووضح وكلا م مفسر اي واضح ظا هر
Imam Az-Zarkasy dalam kitabnya, Al-Burhân fî ‘Ulûm
Al-Qurân, mendefinisikan tafsir dengan:
علمٌ يُفهم به كتابُ الله تعالى
المُنَزَّل على نبيّه محمد صلّى الله عليه وسلّم وبيان معانيه واستخراج أحكامه
وحِكَمِه
“Ilmu untuk memahami Kitabullah yang diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad shallallâhu
‘alaihi wa sallam, menjelaskan maknanya, serta menguraikan hukum dan
hikmahnya.” [9]
Menurut Imam Assayuti,: tafsir adalah suatu ilmu yang
menjelaskan makna-makna Alqur’an dan menerangkan secara umum lafaz yang sulit
dan selainnya dan bentuk makna yang nyata dan selainnya. [10]
Menurut Muhammad Abdul ‘azim azzarqni,:
tafsir adalah suatu ilmu yang membahas tentang Alqur’anulkarim dari segi dalil-dalilnya
terhadap apa yang dimaksud oleh Allah ta’la sesuai dengan kemampuan
manusia. [11]
Istilah tafsir di dalam al-Qur’an dapat dilihat pada
surat al-Furqan (25) : 33 yang berbunyi :
ولا يا تونك بمثل
الا جئناك بالحق واحسن تفسيرا
Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang
ganjil melainkan Kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling
baik penafsirannya (penjelasannya) [12]
Secara harfiyah, kata tafsir yang berasal dari bahasa
Arab dan merupakan bentuk masdar dari kata fassara serta terdiri dari huruf fa,
sin dan ra itu berarti mengeluarkan hokum yang terkandung jelas (nyata dan terang) dan memberikan
penjelasan. Banyak ulama mengemukakan pengertian tafsir yang pada intinya
bermakna menjelaskan hal-hal yang masih samar yang dikandung dalam ayat
al-Quran sehingga dengan mudah dapat dimengerti, mengeluarkan hokum yang
terkandung di dalamnya untuk diterapkan dalam kehidupan sebagai sesuatu
ketentuan hokum. [13]
Ahmad al-Syirbashi memaparkan ada dua makna tafsir di
kalangan ulama, yakni : (1) keterangan penjelasan sesuatu yang tidak jelas
dalam al-Quran yang dapat menyampaikan pengertian yang dikehendaki, (2) merupakan
bagian dari ilmu Badi’,yaitu salah satu cabang ilmu sastra Arab yang
mengutamakan keindahan makna dalam menyusun kalimat. Pengarang kitab Lisan
al-Arab mengartikannya secara ringkas dengan kata Kasyf al-Mughatha yang
berarti penjelasan dari sesuatu hal yang masih tertutup. Karenanya, tafsir adalah
penjelasan maksud yang sukar dari suatu lafal ayat. Sementara itu, secara
singkat al-Zahabi mengartikannya dengan al-Idhah wa al-Tabyin yaitu penjelasan
dan keterangan. Pengarang al-Majmu’al-wasith mengemukakan bahwa tafsir bermakna
menjelaskan (wadhaha) atau membuka sesuatu yang tertutup, seperti penelitian
seorang dokter atau mengungkap maksud yang dikehendaki suatu lafal yang
musykil. Karena yang dijelaskan dan diterangkan itu ayat-ayat al-Quran yang
masih belum jelas, maka tafsir al-Quran berarti menerangkan dan menjelaskan
makna-makna yang sulit pemahamannya dari ayat-ayat al-Quran. [14]
Sebagian ulama menurut al-Syirbashi lebih merinci lagi
pengertian tafsir dengan rumusan ilmu tentang turunnya ayat-ayat al-Quran, sejarah
dan situasi pada saat ayat itu diturunkan, juga sebab-sebab diturunkannya ayat,
meliputi sejarah tentang penyusunan ayat yang turun di Makkah (Makkiyah) dan
yang di Madinah (Madaniyah), ayat-ayat yang muhkamat dan yang mutasyabihat, ayat-ayat
nasikh-mansukh, ayat khas dan ‘am, ayat halal dan haram, ayat kabar gembira dan
ancaman, ayat perintah dan larangan dan lain-lain. [15]
Dari definisi yang dikemukakan para ahli itu, terlihat
bahwa di kalangan ahli tafsir terdapat sedikit perbedaan mengenai pengertian
tafsir, apakah sebagai ilmu alat seperti yang dikemukakan oleh al-Zarkasyi
dalam kitab al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an dan oleh al-Zarqani dalam kitab
Manahil al-‘rfan fi ‘Ulum al-Qur’an ataukah sebagai tujuan seperti yang
dikemukakan oleh Muhammad Abduh sebagai dikutip oleh M.Rasyid Ridha dalam
tafsir al-Qur’an al-Hakim dan oleh pengarang kitab Ahkam al-Qur’an wa
al-Sunnah. Namun demikian, menurut Dr.Abd.Muin Salim semua itu dapat
dikompromikan sehingga ada tiga konsep yang terkandung dalam istilah tafsir, yaitu:
pertama, Kegiatan ilmiah yang berfungsi memahami dan menjelaskan kandungan
al-Qur’an; kedua, Ilmu-ilmu (pengetahuan) yang dipergunakan dalam kegiatan
tersebut; ketiga, Ilmu (pengetahuan) yang merupakan hasil kegiatan ilmiah
tersebut. Ketiga konsep di atas tidak dapat dipisahkan sebagai proses, alat dan
hasil yang ingin dicapai dalam tafsir. [16]
Dari beberapa definisi diatas dapat kita
simpulkan bahwa tafsir adalah
suatu ilmu yang mengkaji dan membahas Alqur’an dan mencari hikmah-hikmah yang
terkandung dalam Alqur’an.
- Pengertian Takwil
Menurut bahasa, Takwiil diambil dari kata al-awala dengan makna kembali.[17] Di dalam kamus Al-muhit,: awwalul kalam
takwiilan dan takwilnya, mendalami, dan meneliti dan menerangkan,[18] didalam lisanul arab,: mengembalikan makna sesuatu.[19] Namun takwil secara istilah yang masyhur
dikalangan ulama adalah: sinonim dari tafsir, dengan dalil ayat Allah
dalam surat ali imran ayat 7 : [20]
ابتغاء الفتنة
وابتغاء تاْ ويله
Menurut
Muhammad Ali As-Shobuni, pengertian takwil sebagai berikut : [21]
واما التاْ ويل فهو ترجيح بعض
المعا نى المختملة من الاية الكريمة التى تحتمل عدة معا ن والتاْ ويل ما ا ستمبطه
العا رفون من المعا نى الخفية والا سرار الربا نية اللطيفة التى تحمله الاية
الكريمة
Menurut istilah, ulama berbeda pendapat dalam
mendefenisikannya. Di antaranya
: Menurut mutaqaddimin bahwa takwil itu sama defenisinya dengan tafsir. Menurut sebagian
ulama bahwa takwil itu lebih khusus dari pada tafsir. Takwil menjelaskan lafaz alqur’an dengan jalan
dirayah sedangkan tafsir menjelaskan lafaz alqur’an dengan jalan riwayat.[22]
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa takwil tidak jauh
berbeda dengan tafsir namun ada sedikit perbedaan dalam meneliti ayat alqur’an.
- Pengertian Terjemah
Arti terjemah menurut bahasa adalah
susunan dari suatu bahasa ke bahasa atau mengganti,
menyalin, memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain.[23]
Adapun yang dimaksud dengan terjemahan
Al-Qur’an adalah seperti dikemukakan oleh “Ash-Shabuni” yakni memindahkan bahasa Qur’an ke bahasa lain yang bukan
bahasa arab dan mencetak terjemah ini ke dalam beberapa naskah
untuk dibaca orang yang tidak mengerti bahasa arab sehingga dia jadi tahu
maksud dari ayat-ayat tersebut.[24]
TAFSIR
|
TAKWIL
|
1.
AL-raghib AL-ashfani : lebih
umum dan lebih banyak digunakan untuk lafadz dan kosa kata dalam kitab-kitab
yang diturunkan Allah dan kitab-kitab lainnya.
|
1. AL-raghib AL-ashfani :lebih banyak dipergunakan untuk makna
dan kalimat dalam kitab-kitab yang diturunkan Allah saja.[25]
|
2.
Menerangkan makna lafadz yang
tak menerima lain dari satu arti
|
2. Menetapkan makna yang dikehendaki suatu lafazd yang dapat
menerima banyak makna karena ada dalil-dalil yang mendukungnya.
|
3.
Al-Maturidi : menetapkan apa
yang dikehendaki ayat dan menetapkan demikianlah yang dikehendaki Allah.
|
3. Menyeleksi salah satu makna yang mungkin diterima oleh suatu
ayat dengan tidak meyakini bahwa itulah yang dikehendaki Allah
|
4. Abu thalib
Ats-a’labi: menerangkan makna lafadz, baik berupa hakihat atau majaz.
|
4. Abu thalib Ats-sa’labi: menafsirkan batin
lafadz.[26]
|
4.
Bersangkut paut dengan riwayah
|
5. Bersangkut paut dengan dirayah
|
B Munculnya Tafsir dan Ilmunya
Sebenarnya tafsir sudah muncul semenjak
dari mulainya turun Al-qur’an, karena ayat yang tidak dipahami oleh para sahabat, itu langsung ditanyakan pada Nabi SAW, seperti ketika turun surat Al-an’am ayat 82.[27]
الذ ين اْمنوا ولم يلبسوا اْيما نهم
بظلم اولئك لهم الامن وهم مهتدون
Para sahabat langsung bertanya kepada Rasul SAW. Ya rasulallah siapakah
di antara
kita yang tidak menzalimi dirinya ? Rasul langsung menjawab dengan ayat Allah juga
dalam surat luqman ayat 13,[28]
واْذ قال لقمن
لاْبنه وهو يعظه يبني لا تشرك با لله ان الشرك لظلم عظيم
Tafsir merupakan jalan penjelas bagi kita untuk memahami Al-qur’an.
1. Dari kalangan shababat. Imam Assayut telah menuliskan dalam itqaannya, para
ahli tafsir yang masyhur di kalangan sahabat adalah khulafah arrasyidiin, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas , Ubai bin Ka’ab, Zaid bin Sabit,
Abu musa al asy’ari, dan Abdullah bin zubair. Adapun dari khulafah urrasyidiin
yang terbanyak meriwayatkan ialah Ali bin Abi talib, akan tetapi Abu bakar,
Umar dan Usman bin affan sedikit sekali meriwayatkan disebabkan cepatnya
wafat semoga Allah meridhoi mereka.[29]
Ketika Ibnu umar ditanya oleh seorang laki-laki tentang tafsir surat Al-ambiyak
ayat 30, ketika itu Ibnu umar langsung menyuruh laki-laki itu menemui Ibnu
Abbas untuk menjelaskan apa yang dimaksud ayat tersebut. Ini salah satu bukti bahwa tafsir sangat dibutuhkan di
kalangan umat Islam. Menurut Imam Azzarkasyi, Ibnu Abbas merupakan seorang ahli tentang tafsir dan takwiil maka dari itu dia
dinamakan dengan bahrul ulum. Dan Ibnu Masu’ud tentang tarjuman.[30]
- Dari kalangan tabi’in, yang masyhur
di Makah murid dari Ibnu Abbas : Si’id bin jubair, Mujahid, Ikrimah, Maula
ibnu Abbas, Thaus bin kisan Alyamaniy, dan Athaak bin abi rabah. Dan yang
masyhur di Madinah murid
dari Ubay bin Ka’ab : Zaid bin Aslam Abul ‘aliyah, dan Muhammad bin Ka’ab alqurzy. Dan yang
masyhur di Iraq murid dari Abdullah bin mas’ud: ‘Alqamah bin Qais, Masruq,
Alaswad bin yazid,’Aamir Asyi’bi, Hasan albasri, Qitadah bin da’amah
assudusy.[31]
Berkata Ibnu Taimiyah: manusia yang paling
tahu tentang tafsir penduduk Makkah karena mereka
berguru kepada Ibnu Abbas,
seperti Mujahid, Attak. Sebagaimana
ditulis di atas. Dan seperti
itu juga penduduk Kufah dari
murid Abadullah bin Mas’ud dan dari demikian diistimewakan atas selain mereka. Dan ulama penduduk Madinah
yang ahli tentang tafsir, seperti Zaid bin Aslam, dan mengambil juga anaknya Abdurrahman dan
Abdullah bin wahab.[32]
Para sahabat dan tabiin sangat tinggi
keinginnan untuk mengetahui tentang tafsir maka banyak di kalangan mereka yang
tahu tentang tafsir alqur’an sebagaimana yang telah ditulis di atas.
Setelah itu dilanjutkan oleh para mufassir
yang kita kenal sekarang, namun tafsir yang ditulis para ulama baik yang telah
wafat ataupun yang masih hidup sekarang, akan dipengaruhi penafsirannya oleh
akidah dan mazhab yang dimiliki oleh ulama itu. Seperti Tafsir Jami’ Ahkam oleh
Qurtubi yang berbentuk permasalahan fikih atau fahaman yang dimasukkan
dalam penafsiran Al-Quran. Dan ada juga ahli tafsir yang menafsirkan Alqur’an
dengan ilmu-ilmu yang lain, seperti falsafah dan mantik, riyadah, menurut
perspektif akal dan logika seperti tafsir Fakhrul Din Ar-Razi yang berbentuk
falsafah, tafsir Al-Alusi “ Ruh Al-Ma’ani Fi Tafsir Quranil Azim Wa’ Sab’ul
Masani” , Tafsir Al-Baidhawi “ Anwar At-Tanzil Wa’ Asrar Ta’wil” dan Tafsir
Jalalain.[33]
Terdapat juga tafsir–tafsir lain seperti
Tafsir ibn Katsir “ Tafsir Al-Quran Azim”, Tafsir Al-Baghawi “ Ma’alhm At-Tanzil”
serta tafsir Syaukani “ Fathul Qadir” yang menafsirkan Alqur’an
berdasarkan riwayat para sahabat, tabien, dan tabi’ tabien.[34]
C Pembagian
Tafsir
Diriwayatkan dari Ibn Abbas ra bahwa “
Tafsir itu terbagi kepada 4 bagian, yaitu perkara yang dapat diketahui oleh orang arab akan maknanya, tafsir dan
perkara yang tidak ada keuzuran bagi siapapun untuk mengetahuinya lantaran
terlalu jelas dan tafsir yang hanya diketahui oleh para ulama’ serta tafsir dan
perkara yang hanya diketahui oleh Allah swt”.[35]
Secara
umum, ulama membagi tafsir dalam tiga bagian, yaitu :
- Tafsir bil makstur adalah tafsir dengan riwayat/tafsir bil naqli
هو ما جاء فى القران او السنة
او كلا م الصحابة بيا نا لمراد الله تعا لى تفسيرالقران بالسنة النبوية فالتفسير
الماْ ثور اْ ما اْ ن يكو ن تفسير القران بالقران او تفسير القران بالسنة النبوية
او تفسير القران بالماْ ثور عن الصحا بة [36]
مثا ل ما جاء تفسيره فى القران الكريم قوله تعالى{ $ygr'¯ úïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qèù÷rr& Ïqà)ãèø9$$Î/ 4 ôM¯=Ïmé& Nä3s9 èpyJÍku5 ÉO»yè÷RF{$# wÎ) $tB 4n=÷Fã öNä3øn=tæ uöxî Ìj?ÏtèC Ïø¢Á9$# öNçFRr&ur îPããm 3 ¨bÎ) ©!$# ãNä3øts $tB ßÌã }ÇÊÈ[37] فقد جاء تفسيره قوله{ wÎ) $tB 4n=÷Fã öNä3øn=tæ } فى اية كريمة اخرى هي قو له تعالى {ôMtBÌhãm ãNä3øn=tæ èptGøyJø9$# ãP¤$!$#ur ãNøtm:ur ÍÌYÏø:$# !$tBur ¨@Ïdé& ÎötóÏ9 «!$# ¾ÏmÎ/}
ÇÌÈ [38]
وكذلك قوله تعالى{ Ïä!$uK¡¡9$#ur É-Í$©Ü9$#ur }ÇÊÈ[39] جا ء تفسير{ الطارق} فى نفس السورة {ãNôf¨Y9$# Ü=Ï%$¨W9$#}[40] ÇÌÈ وكذلك قوله تعالى {#¤)n=tGsù ãPy#uä `ÏB ¾ÏmÎn/§ ;M»yJÎ=x. z>$tGsù Ïmøn=tã }[41] ÇÌÐÈ جاء تفسير الكلمات التى تلقاها اْدم فى موطن
اخرمن القران وهي قوله تعالى {w$s% $uZ/u !$oY÷Hs>sß $uZ|¡àÿRr& bÎ)ur óO©9 öÏÿøós? $uZs9 $oYôJymös?ur ¨ûsðqä3uZs9 z`ÏB z`ÎÅ£»yø9$# }[42] ÇËÌÈ
ومن الامثلة ايضا على تفسير القران بالقران قوله تعالى{ !$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû 7's#øs9 >px.t»t6B 4 $¯RÎ) $¨Zä. z`ÍÉZãB }[43]ÇÌÈ
جاء تفسير الليلة المباركة با نها ليلة القدر فى قوله جل ذكره {!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû Ï's#øs9 Íôs)ø9$#}[44] ÇÊÈ الى اخر ما هنا لك
ومثال ما جاء فى السنة المطهرة تفسيرا وشرحا للقران قوله
تعالى انه صلى الله عليه وسلم فسر الظلم بالشرك فى قوله سبحانه{ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä óOs9ur (#þqÝ¡Î6ù=t OßguZ»yJÎ) AOù=ÝàÎ/ y7Í´¯»s9'ré& ãNßgs9 ß`øBF{$# Nèdur tbrßtGôgB}[45] ÇÑËÈ
واْيد تفسيره هذا بقوله تعالى{ øcÎ) x8÷Åe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOÏàtã}[46] ÇÊÌÈ
وفسر صلى الله عليه وسلم الحساب اليسير ب )العرض( اْ ى عرض الا عمال على
المؤمن وتذكيره بها فقط وذلك حين قال من نوقش الحساب عذب فقالت السيدة عا ئشة له
يا رسول الله اوليس قد قال الله تعالى{ $¨Br'sù ô`tB ÎAré& ¼çmt7»tGÏ. ¾ÏmÏYÏJuÎ/ ÇÐÈ t$öq|¡sù Ü=y$ptä $\/$|¡Ïm #ZÅ¡o ÇÑÈ Ü=Î=s)Ztur #n<Î) ¾Ï&Î#÷dr& #Yrçô£tB}[47] ÇÒÈ فقال صلى الله عليه وسلم ذلك العرض {بيانا
للحساب اليسير} واما من نوقش الحساب عذب . وكتفسيره صلى الله عليه وسلم الصلاة
الوسطى فى قوله تعالى) #qÝàÏÿ»ym n?tã ÏNºuqn=¢Á9$# Ío4qn=¢Á9$#ur 4sÜóâqø9$# (#qãBqè%ur ¬! tûüÏFÏY»s% }[48]ÇËÌÑÈ
بانها صلاة العصر. وتفسير المغضوب عليهم والضالين فى سورة الفاتحة باليهود
والنصارى.[49]
- Tafsir bil rakyi adalah tafsir dengan dirayah dan pendapat
المرد بالراْي هنا (الاجتهاد)
المبنى على صحيحة . وقواعد سليمة متبعة . يجب اْن ياْخد بها من اراد الخواص فى
تفسير الكتاب . اْو التصدي لبيان معانيه . وليس المراد به مجرد (الراى) او مجرد
(الهوى) او تفسير القران بحسب مايخطر للانسا ن من خواطراو بحسب ما يشاء. فقد قال
القرطبى : من قال في القران بما سنح في وهمه او خطر على باله من غير استدلال عليه
بالاصول فهو مخطىْ , مذ موم. وعليه يحمل الحديث الشريف" من كذب علي متعمدا
فاليتبواْ مقعده من النار. ومن قال في القران براْيه فاليتبواْ مقعده من النار.[50]
تقسم التفسير بالراْي الى
قسمين . الاولى التفسيرالمحمود : ما كا ن موافقا لغرض الشارع, بعيدا عن الجهالة
والضلالة. الثانى التفسير المذموم : فهو اْن يفسر القران بدون علم , او يفسره حسب
الهوى مع الجهالة بقوانين اللغة او الشريعة.[51]
- Tafsir Isyari adalah tafsir dengan isyarat.
النفسير الاشارى هو : تاْ
ويل القران على خلاف ظهره, لاشا رات خفية تظهر لبعض اولي العلم , او تظهر للعارفين
بالله من ارباب السلوك والمجهدة للنفس , ممن نور الله بصا ئرهم فا د ركوا اسرار
القران العظيم بواسطة الا لها مى الهى , اوالفتح الرباني. فالتفسير الاشاري هو اْن
يرىالمفسرمعنى اخرى , غير معنى الظهرتحتمله الاية الكريمة , ولكنه لا يظهر لكل
انسا ن وا نما يظهر لمن فتح الله قلبه واْنا ر بصيرته[52] ,
كما قال تعالى (#yy`uqsù
#Yö6tã ô`ÏiB !$tRÏ$t6Ïã çm»oY÷s?#uä
ZpyJômu
ô`ÏiB $tRÏZÏã
çm»oY÷K¯=tæur `ÏB $¯Rà$©! $VJù=Ïã) ÇÏÎÈ[53]
Akan tetapi ada tiga bagian tafsir yang
termasyhur di kalangan banyak orang yaitu.
- Tafsir tahlili adalah menafsirkan ayat kalimat demi kalimat dan dilengkapi dengan i;rab.
- Tafsir maudhu’i adalah menafsikan ayat sesuai dengan maudu’ yang ada dalam Alqur’an seperti sabar, jihad dll.
- Tafsir ayatul ahkam adalah menafsirkan ayat yang di sana ada hukum fiqih seperti tentang ayat talak.[54]
D SYARAT
DAN ADAB PENAFSIR AL-QUR’AN
Untuk bisa menafsirkan al-Qur’an,
seseorang harus memenuhi beberapa kreteria di antaranya:
1. Beraqidah shahihah,
karena aqidah sangat berpengaruh
dalam menafsirkan al-Qur’an.
2. Tidak dengan hawa
nafsu semata, karena dengan
hawa nafsu seseorang akan memenangkan pendapatnya sendiri tanpa melilhat dalil
yang ada. Bahkan terkadang mengalihkan suatu ayat hanya untuk memenangkan
pendapat atau madzhabnya.
3. Mengikuti urut-urutan
dalam menafsirkan al-Qur’an seperti penafsiran dengan al-Qur’an, kemudian
as-sunnah, perkataan para sahabat dan perkataan para tabi’in.
4.
Faham bahasa arab dan perangkat-perangkatnya,
karena al-Qur’an turun dengan bahasa arab. Mujahid berkata; “Tidak boleh
seorangpun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, berbicara tentang
Kitabullah (al-Qur’an) jikalau tidak menguasai bahasa arab“.
5.
Memiliki pemahaman yang mendalam agar bisa
mentaujih (mengarahkan) suatu makna atau mengistimbat suatu hukum sesuai dengan
nusus syari’ah,
6.
Faham dengan pokok-pokok ilmu yang ada hubungannya
dengan al-Qur’an seperti ilmu nahwu (grammer), al-Isytiqoq (pecahan atau
perubahan dari suatu kata ke kata yang lainnya), al-ma’ani, al-bayan, al-badi’,
ilmu qiroat (macam-macam bacaan dalam al-Qur’an), aqidah shahihah, ushul fiqh,
asbabunnuzul, kisah-kisah dalam islam, mengetahui nasikh wal mansukh, fiqh,
hadits, dan lainnya yang dibutuhkan dalam menafsirkan.
Adapun adab yang harus dimiliki oleh
seorang mufassir adalah di antaranya :
- Niatnya harus
bagus, hanya untuk mencari keridloan Allah semata. Karena seluruh amalan
tergantung dari niatannya (lihat hadist Umar bin Khottob tentang niat yang
diriwayatkan oleh bukhori dan muslim di awal kitabnya dan dinukil oleh
Imam Nawawy dalam buku Arba’in nya).
- Berakhlak mulia, agar ilmunya bermanfaat dan dapat dicontoh oleh orang lain
- Mengamalkan ilmunya, karena dengan merealisasikan apa yang dimilikinya akan mendapatkan penerimaan yang lebih baik.
- Hati-hati dalam menukil sesuatu, tidak menulis atau berbicara kecuali setelah menelitinya terlebih dahulu kebenarannya.
- Berani dalam menyuarakan kebenaran di manapun dan kapanpun dia berada.
- Tenang dan tidak tergesa-gesa
terhadap sesuatu. Baik dalam penulisan maupun dalam penyampaian.
- Dengan menggunakan
metode yang sistematis dalam menafsirkan suatu ayat. Memulai dari
asbabunnuzul, makna kalimat, menerangkan susunan kata dengan melihat dari
sudut balaghoh, kemudian menerangkan maksud ayat secara global dan
diakhiri dengan mengistimbat hukum atau faedah yang ada pada ayat
tersebut.[55]
BAB III
PENUTUP
Dari uraian dan
pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Tafsir adalah suatu ilmu yang mengkaji dan membahas Alqur’an dan mencari hikmah-hikmah yang terkandung dalam Alqur’an. Takwil menjelaskan lafaz alqur’an dengan jalan dirayah. Sedang terjemah memindahkan bahasa Qur’an kebahasa lain yang bukan bahasa arab dan mencetak terjemah ini kedalam beberapa naskah untuk dibaca orang yang tidak mengerti bahasa arab sehingga dia jadi tahu maksud dari ayat-ayat tersebut.
- Tafsir sudah muncul semenjak dari mulai turunnya Al-qur’an, karena ayat yang tidak dipahami oleh para sahabat, itu langsung ditanyakan pada Nabi Muhammad SAW.
- Secara umum, ulama membagi tafsir dalam tiga bagian, yaitu :
a.
Tafsir bil makstur adalah tafsir dengan riwayat/tafsir bil naqli.
b.
Tafsir bil rakyi adalah tafsir dengan dirayah dan pendapat
c.
Tafsir Isyari adalah tafsir dengan isyarat.
- Syarat-syarat penafsir Al Qur’an : beraqidah sholihah, tidak dengan hawa nafsu semata, mengikuti urutan-urutan dalam menafsirkan Al Qur’an, faham Bahasa Arab dan sebagainya. Sedang adab menafsirkan Al Qur’an : niatnya harus bagus, berakhlak mulia, mengamalkan ilmunya, hati-hati dalam menukil sesuatu dan seterusnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abd Muin
Salim, Berbagai Aspek Metodologi Tafsir Qur’an (Ujungpandang, Lembaga SKI,
1990)
Al Qur’an Al
Karim, (Jakarta, CV. Karya Insan Indonesia (KARINDO), 2004)
Al-‘aqdu astamin fi manahijil mufassirin
Al-itqaan fi ulumulqur’an jilid 2
Az Zakrkasi,
Burhan fi ulumil qur’an (Mesir, Dar al Ihya al Kutub al Arabi, 1957)
Burhan fi ulumul qur’an jilid 1
Hadist
riwayat Turmidzi dari Ibnu Abbas
Kamus almuhit jilid 3
Lisanun arab jilid5
M. Al fatih
Suryadilaga, dkk Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta : Teras , 2005)
Ma’a huda Alqur’an,
Manahilul ‘irfan fiulumulqur’an 2
Manna’ul qattan mabahisul ulumul qur’an
Muhammad Ali
As-Shobuni, At-Tibyan fi ulumil qur’an ( Makkah : Alimul kutub, 1985)
Muqaddimah usuluttafsir oleh ibnu taimiyah syarah syekh
husaimin
Quran In Word
Ver 1.3 Created by Mohamad Taufiq, moh.taufiq@gmail.com
Tafsir wal mufassiruun
TM. Hasbi
Ash-Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam (Jakarta : Bulan Bintang, 1993)
[1] QS. Al
Baqarah (2) : 213
[2] QS. Al
Baqarah (2) : 185 dan QS. Ibrahim (14) : 1
[3] M. Al
fatih Suryadilaga, dkk Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta : Teras , 2005) h. 26
[4] TM.
Hasbi Ash-Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam (Jakarta : Bulan Bintang, 1993) h.
105-108
[5] M. Al
fatih Suryadilaga, dkk Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta : Teras , 2005) h. 26
[6] Kamus almuhit jilid 2 halaman 114
[7] Lisanun arab jilid5 halaman 55
[8] Muhammad
Ali As-Shobuni, At-Tibyan fi ulumil qur’an ( Makkah : Alimul kutub, 1985) h. 65
[9] Az
Zakrkasi, Burhan fi ulumil qur’an (Mesir, Dar al Ihya al Kutub al Arabi, 1957)
h. 13
[10] Al-itqaan fi ulumulqur’an jilid 2
hal 173
[11] Manahilul ‘irfan fiulumulqur’an 2 hal 5
[12] QS. Al
furqon (25) 33
[13] M. Al
fatih Suryadilaga, dkk Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta : Teras , 2005) h. 27
[14] M. Al
fatih Suryadilaga, dkk Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta : Teras , 2005) h. 28
[15] Ibid
[16] Abd
Muin Salim, Berbagai Aspek Metodologi Tafsir Qur’an (Ujungpandang, Lembaga SKI,
1990) h. 1
[17] Tafsir wal mufassiruun jilid 1 hal 19
[18] Kamus almuhit jilid 3 hal 341
[19] Lisanaul arab jilid 11 hal 32
[20] QS. Ali
Imran ( 3 ) 7
[21]
Muhammad Ali As-Shobuni, At-Tibyan fi ulumil qur’an ( Makkah : Alimul kutub,
1985) h. 66
[22] Manahilul ‘irfan fiulumulqur’an 2 hal 6,7
dan Al-itqaan fi ulumulqur’an jilid 2 hal 173
[24] Ibid
[25] Manna’ul qattan mabahisul ulumul qur’an
hal 327
[26] Tafsir wal mufassiruun jilid 1 hal 23
[27] QS. Al
An’am ( 6 ) 82
[28] QS,
Lukman ( 31 ) 13
[29] Al-itqaan fi ulumulqur’an jilid 2
hal 187
[30] Burhan fi ulumul qur’an jilid 1 hal 9
[31] Manna’ul qattan mabahisul ulumul qur’an
hal 11.
[32] Muqaddimah usuluttafsir oleh ibnu taimiyah
syarah syekh husaimin hal 45,46
[34] Ibid
[35] Burhan fi ulumul qur’an jilid 2 hal
45, Al-‘aqdu astamin fi manahijil mufassirin hal.45
[36]
Muhammad Ali As-Shobuni, At-Tibyan fi ulumil qur’an ( Makkah : Alimul kutub,
1985) h. 67
[38] QS. Al
Maidah ( 5 ) 3
[39] QS. At
Thoriq ( ) 1
[40] QS. At
Thoriq ( ) 3
[41] QS. Al
Baqoroh ( 2 ) 8
[42] QS. Al
A’raf ( ) 23
[43] QS. Ad
Dukhon ( ) 3
[44] QS. Al
Qodr ( ) 1
[45] QS. Al
An’am ( ) 82
[46] QS.
Lukman ( ) 13
[47] QS. Al
Insiqoq ( ) 7-9
[48] QS. Al
Baqoroh ( ) 238
[49]
Muhammad Ali As-Shobuni, At-Tibyan fi ulumil qur’an ( Makkah : Alimul kutub,
1985) h. 155
[50] Hadist
riwayat Turmidzi dari Ibnu Abbas
[51]
Muhammad Ali As-Shobuni, At-Tibyan fi ulumil qur’an ( Makkah : Alimul kutub,
1985) h. 157
[52]
Muhammad Ali As-Shobuni, At-Tibyan fi ulumil qur’an ( Makkah : Alimul kutub,
1985) h. 171
[53] QS. Al
Kahfi ( ) 65
[54] Ma’a huda Alqur’an, hal 3.
[55] Manna’ul qattan mabahisul ulumul qur’an
hal 329.dan Al-‘aqdu astamin fi manahijil mufassirin hal.145
Tidak ada komentar:
Posting Komentar