GOLDEN
AGES
Pada usia emas, seseorang generasi
baru memupuk rasa percaya diri dan kemampuan bergerak yang tersimpan dalam
saraf-saraf motoriknya. Jadi, bukan IQ atau indeks prestasilah yang membuat
suatu generasi mampu menjadi penerus yang hebat. Sebab, IQ dan IPK hanyalah
potensi belaka, yang baru menjadi “sesuatu” kalau mereka mampu bergerak
mendatangi “pintu” masa depan.
Generasi baru kalangan prasejahtera
itu mengalami kehidupan yang sangat kurang beruntung, karena orang tua mereka
kurang mampu memberi “gizi” bagi fisik, otak maupun perkembangan motorik
anak-anaknya.
Para ahli pendidikan percaya,
better generation itu dibentuk bukan oleh kemampuan
ca-lis-tung(baca-tulis-hitung) seperti yang digusarkan sebagian besar orang tua
dewasa ini. Mereka sukses justru oleh life skills yang ditanam sejak
prasekolah. Tanyakanlah kepada anak-anak
itu, apakah benar mereka menjalani sekolah dengan nilai matematika, fisika, dan
kimia yang tinggi ?
Bukan, melainkan oleh keterampilan
hidup seperti mengelola rasa frustasi, kemampuan berfikir kreatif, berfikir
kritis, mengambil keputusan, dan seterusnya. Keterampilan hidup inilah modal
penting untuk menembus masa depan, bukan uang. Dengan ketampilan hiduplah,
seorang anak petani atau nelayan miskin mampu mengubah nasibnya menjadi
industriawan atau banker besar.
Selain pembentukan di usia emas,
sebuah generasi baru berubah menjadi lebih baik bukan karena semata-mata urusan
warisan. Mereka menjadi lebih baik karena berada atau mengekspos diri di tempat
yang tepat. Pepatah mengatakan “ Anda
akan menjadi seperti orang yang sehari-hari bersama Anda”. You are, who your friends are. JP, Senin, 31
Oktober 2011 hal 15 oleh Rhenald Kasali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar