Minggu, 21 Oktober 2012

GOLDEN AGES

GOLDEN AGES

Pada usia emas, seseorang generasi baru memupuk rasa percaya diri dan kemampuan bergerak yang tersimpan dalam saraf-saraf motoriknya. Jadi, bukan IQ atau indeks prestasilah yang membuat suatu generasi mampu menjadi penerus yang hebat. Sebab, IQ dan IPK hanyalah potensi belaka, yang baru menjadi “sesuatu” kalau mereka mampu bergerak mendatangi “pintu” masa depan.
Generasi baru kalangan prasejahtera itu mengalami kehidupan yang sangat kurang beruntung, karena orang tua mereka kurang mampu memberi “gizi” bagi fisik, otak maupun perkembangan motorik anak-anaknya.
Para ahli pendidikan percaya, better generation itu dibentuk bukan oleh kemampuan ca-lis-tung(baca-tulis-hitung) seperti yang digusarkan sebagian besar orang tua dewasa ini. Mereka sukses justru oleh life skills yang ditanam sejak prasekolah.  Tanyakanlah kepada anak-anak itu, apakah benar mereka menjalani sekolah dengan nilai matematika, fisika, dan kimia yang tinggi ?
Bukan, melainkan oleh keterampilan hidup seperti mengelola rasa frustasi, kemampuan berfikir kreatif, berfikir kritis, mengambil keputusan, dan seterusnya. Keterampilan hidup inilah modal penting untuk menembus masa depan, bukan uang. Dengan ketampilan hiduplah, seorang anak petani atau nelayan miskin mampu mengubah nasibnya menjadi industriawan atau banker besar.
Selain pembentukan di usia emas, sebuah generasi baru berubah menjadi lebih baik bukan karena semata-mata urusan warisan. Mereka menjadi lebih baik karena berada atau mengekspos diri di tempat yang tepat.  Pepatah mengatakan “ Anda akan menjadi seperti orang yang sehari-hari bersama Anda”.  You are, who your friends are. JP, Senin, 31 Oktober 2011 hal 15 oleh Rhenald Kasali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar