MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Oleh : NARTO (SABDONARTO@GMAIL.COM)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perkembangan ilmu manajemen sangat populer tidak hanya pada
dunia perusahaan atau bisnis, namun telah merambah pada semua bidang kehidupan
tak terkecuali bidang pendidikan.
Manajemen Pendidikan
Islam telah memenuhi persyaratan sebagai bidang ilmu pengetahuan, karena telah
dipelajari dalam kurun waktu yang lama dan memiliki serangkaian teori yang
perlu diuji dan dikembangkan dalam praktek manajerial pada lingkup organisasi.[1]
Sebagai
ilmu pengetahuan, manajemen juga bersifat universal, dan mempergunakan kerangka
ilmu pengetahuan yang sistematis mencakup kaidah-kaidah, prinsip-prinsip, dan
konsep-konsep yang cenderung benar dalam semua situasi manajerial. Hal ini
menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan manajemen dapat diterapkan dalam setiap
organisasi baik pemerintah, pendidikan, perusahaan, keagamaan, sosial dan
sebagainya. Manajemen dibutuhkan oleh setiap organisasi, jika seorang manajer mempunyai
pengetahuan tentang manajemen dan mengetahui bagaimana menerapkannya, maka dia
akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajerial secara efektif dan efisien.[2]
Ditinjau dari perspektif sistem filsafat, manajemen
pendidikan Islam tersebut telah mencakup sisi ontologi, epistemologi, dan
aksiologi. Ontologi sebagai obyek pengelolaan, dalam hal ini berupa lembaga
(organisasi), dan hal-hal lain yang terkait; epistemologi sebagai cara atau
metode pengelolaan, dalam hal ini berupa proses pengelolaan dan cara
menyiasati; sedangkan aksilogi sebagai hasil pengelolaan berupa pencapaian
tujuan.[3]
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana kerangka dasar
manajemen pendidikan Islam ?
2.
Bagaimana falsafah
manajemen pendidikan Islam ?
3.
Bagaimana teori manajemen
pendidikan Islam ?
4.
Bagaimana prinsip
manajemen pendidikan Islam ?
5.
Bagaimana praktek
manajerial pendidikan islam ?
C.
Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka penulis dapat
menentukan tujuan pembahasan sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui
kerangaka dasar manajemen pendidikan Islam
2.
Untuk mengetahui
falsafah manajemen pendidikan Islam
3.
Untuk mengetahui teori
manajemen pendidikan Islam
4.
Untuk mengetahui prinsip
manajemen pendidikan Islam
5.
Untuk mengetahui praktek
manjerial pendidikan Islam
D.
Batasan Masalah
Berdasarkan tujuan pembahasan masalah
tersebut di atas, maka penulis dapat menentukan batasan masalah sebagai
berikut :
1.
Kerangka dasar manajemen
pendidikan Islam
2.
Falsafah manajemen
pendidikan Islam
3.
Teori manajemen
pendidikan Islam
4.
Prinsip manajemen
pendidikan islam
5.
Praktek manjerial
pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerangka Dasar
Manajemen Pendidikan Islam
Shrode Dan Voich menyatakan bahwa Kerangka Dasar
Manajemen sebagaimana yang dikutip oleh Nanang Fatah meliputi : “Philossophy,
Asumtions, Principles, and Theory, which are basic to the study of any
discipline of management”. Secara sederhana dikatakan bahwa falsafah merupakan
pandangan atau persepsi tentang kebenaran yang dikembangkan dari berpikir
praktis. Bagi seorang manajer falsafah merupakan cara berpikir yang telah
dikondisikan dengan lingkungan, perangkat organisasi, nilai-nilai dan keyakinan
yang mendasari tanggung jawab seorang manajer. Falsafah seorang manajer
dijadikan dasar untuk membuat asumsi-asumsi tentang lingkungan, peran
organisasinya, dan dari asumsi ini lahir prinsip-prinsip yang dihubungkan
dengan kerangka atau garis besar untuk bertindak. Seperangkat prinsip yang
berkaitan satu sama lain dikembangkan dan diuji dengan pengalaman sebelum
menjadi suatu teori. Untuk seorang manajer, suatu teori tentang manajemen
sangat berfungsi dalam memecahkan masalah-masalah yang timbul. Oleh karena itu,
falsafah, asumsi, prinsip-prinsip, dan teori tentang manajemen merupakan
landasan manajerial yang harus dipahami dan dihayati oleh manajer. Keterkaitan
cara pandang tentang manajemen, falsafah, asumsi, prinsip-prinsip, serta
teori-teori dijadikan dasar kegiatan manajerial, secara sederhana dapat
digambarkan sebagai berikut : [4]
Kerangka
Konsep Dasar Manajemen
|
|
Pandangan
tentang Manajemen sebagai (Ilmu, Seni, dan Profesi)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Falsafah
Manajemen
(Hakekat;
Tujuan, Orang, Kerja)
|
|
|
|
|
|
|
|
Teori-Teori
Manajemen
(Klasik,
Neoklasik, Modern)
|
|
|
|
Prinsip-prinsip
Manajemen (MBO, MBP, MBI, MIS)
|
|
|
|
|
|
|
|
Praktik
Manajerial
1. Planning
2. Organizing
3. Actuating/Leading
4. Controlling
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber-sumber
Daya
1. Manusia
2. Sarana
3. Biaya
4. Teknologi
5. Informasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Mutu,
Efisiensi, Relevansi dan Kreativitas
|
|
|
Istilah Islam dapat dimaknai sebagai Islam wahyu atau Islam budaya. Islam
wahyu meliputi Al-Qur’an dan hadis-hadis nabi, baik hadis Nabawi maupun hadis
Qudsi. Sementara itu Islam budaya meliputi ungkapan sahabat nabi, pemahaman
ulama’, pemahaman cendekiawan Muslim dan budaya umat Islam. Kata Islam yang
menjadi identitas manajemen pendidikan ini dimaksudkan dapat mencakup makna
keduanya, yakni Islam wahyu dan Islam budaya.[5]
Oleh karena itu, pembahasan manajemen pendidikan Islam senantiasa
melibatkan wahyu dan budaya kaum muslimin, ditambah kaidah-kaidah manajemen
pendidikan secara umum. Maka pembahasan ini akan mempertimbangkan bahan-bahan
sebagai berikut :
1.
Teks-teks wahyu
baik Al-Qur’an maupun hadis yang terkait dengan manajemen pendidikan Islam.
2.
Perkataan-perkataan
(aqwal) para sahabat Nabi maupun ulama dan cendekiawan muslim yang terkait
dengan manajemen pendidikan Islam.
3.
Realitas
perkembangan lembaga pendidikan Islam.
4.
Kultur komunitas
(pimpinan dan pegawai) lembaga pendidikan Islam.
5.
Ketentuan
kaidah-kaidah manajemen pendidikan.
Bahan nomor 1 sampai 4 merefleksikan ciri khas Islam pada bangunan
manajemen pendidikan Islam, sedangkan bahan nomor 5 merupakan tambahan yang
bersifat umum dan karenanya dapat digunakan untuk membantu merumuskan bangunan
manajemen pendidikan Islam. Tentunya setelah diseleksi berdasarkan nila-nilai
Islam dan realitas yang dihadapi oleh lembaga pendidikan Islam. Nilai-nilai
Islam tersebut merupakan refleksi wahyu, sedangkan realitas tersebut sebagai
refleksi budaya atau kultur.[6]
Teks-teks wahyu sebagai sandaran teologis; perkataaa-perkataan sahabat
nabi, ulama, dan cendekiawan muslim sebagai sandaran rasional; realitas
perkembangan lembaga pendidikan Islam serta kultur komunitas (pimpinan dan
pegawai) lembaga pendidikan Islam sebagai sandaran empiris; sedangkan ketentuan
kaidah-kaidah manajemen pendidikan sebagai sandaran teoretis. Jadi, bangunan
manajemen pendidikan Islam ini diletakkan di atas empat sandaran, yaitu
sandaran teologis, rasional, empiris, dan teoretis.[7]
Sandaran teologis menimbulkan keyakinan adanya kebenaran pesan-pesan
wahyu karena berasal dari Tuhan,
sandaran rasional menimbulkan keyakinan kebenaran berdasarkan pertimbangan
akal-pikiran. Sandaran empiris menimbulkan keyakinan adanya kebenaran
berdasarkan data-data riil dan akurat, sedangkan sandaran teoretis menimbulkan
keyakinan adanya kebenaran berdasarkan akal pikiran dan data sekaligus serta
telah dipraktikkan berkali-kali dalam pengelolaan pendidikan.[8]
Adapun contoh-contoh ayat Al-Qur’an, hadis Nabi, maupun pernyataan
sahabat Nabi tersebut dapat diikuti pada pemaparan di bawah ini.
- Surah al-Haysr: 18
يا
ايها الذين امنوااتقواالله والتنظرنفس ما قدمت لغد وانقواالله ان الله خبيربما
تعملون
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);
dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.[9]
Menurut Muhammad Ali al-Shabuni, yang dimaksud dengan والتنظرنفس ما قدمت
لغد adalah hendaknya masing-masing individu memerhatikan
amal-amal saleh apa yang diperbuat untuk menghadapi Hari Kiamat.
Ayat ini memberi pesan kepada orang-orang yang beriman
untuk memikirkan masa depan. Dalam bahasa manjemen, pemikiran masa depan yang
dituangkan dalan konsep dan sistematis ini disebut perencanaan (planning).
Perencanaan ini menjadi sangat penting karena berfungsi sebagai pengarah bagi
kegiatan, target-target, dan hasil-hasilnya di masa depan sehingga apapun
kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan tertib.[10]
- Perkataan (qawl) sayyidina Ali bin Abi Thalib
الحق
بلا نظام يغلبه البا طل بالنظام
“Kebenaran yang tidak
terorganisasi dapat dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisasi.”
Qawl ini mengingatkan kita pada urgensi berorganisasi
dan ancaman pada kebenaran yang tidak diorganisasi melalui langkah-langkah yang
konkret dan strategi-strategi yang mantap. Maka, perkumpulan apapun yang
menggunakan identitas Islam-meski memenangi pertandingan, persaingan, maupun
perlawanan-tidak memiliki garansi jika tidak diorganisasi dengan baik.[11]
- Hadis riwayat al-Bukhari
حد ثنا
محمد بن سنا ن حد ثنا قليح بن سليما ن حد ثنا هلا ل بن علي عن عطاء عن يسا ر عن
ابى هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم اذا ضيعت الا ما نة
فا نتظر السا عة قال كيف اضا عتها يا رسو ل الله ؟ قال اذا اسند الامر الى غير
اهله فانتظر السا عة
“(Imam al-Bukhari
menyatakan) Muhammad bin Sinan menyampaikan (riwayat) kepada kami, Qulaih bin
Sulaiman telah menyampaikan (riwayat) kepada kami, (riwayat itu) dari Atha’,
dari Yasar, dari Abu Hurairah ra yang berkata : Rasulullah Saw bersabda : Apabila suatu amanah disia-siakan,
maka tunggulah saat kehancurannya. (Abu Hurairah) bertanya : Bagaimana
meletakkan amanah itu, ya Rasulullah ? Beliau menjawab : Apabila suatu perkara
diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya”.[12]
Hadis ini menarik dicermati karena menghubungkan
antara amanah dengan keahlian. Kalimat “Apabila suatu urusan diserahkan
kepada seseorang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya”
merupakan penjelas untuk kalimat pertama : “Apabila amanah disia-siakan,
maka tunggulah saat kehancurannya.” Hadis ini ternyata memberi peringatan
yang berperspektif manajerial karena amanah berarti menyerahkan suatu perkara
kepada seseorang yang professional.[13]
Di sini letak pentingnya profesionalisme dalam
manajemen pendidikan islami. Islam sangat peduli dengan profesionalisme. Karena
itu pula, ketika Nabi Muhammad memberikan tugas kepada sahabat-sahabatnya,
beliau sangat memerhatikan latar belakang dan kemampuan sahabat tersebut.
Suatu ketika ada seorang sahabat (Abu Dzar) yang belum
mendapat tugas, datang bertanya kepada Nabi Muhammad, mengapa ia tidak mendapat
tugas (amanah) sementara sahabat-sahabat yang lain ada yang ditunjuk menjadi
gubernur (Mu’adz ibn Jabal), bendahara Negara (‘Umar ibn Khaththab), panglima
perang (Khalid ibn Walid), dan sebagainya. Nabi Muhammad mengatakan, “Fisik
engkau sangat lemah sehingga tidak sanggup jika dibebani tugas-tugas berat
seperti yang diberikan kepada mereka”.[14]
- Hadis riwayat Ibnu Majah
حد ثنا
العباس بن الوليد الدمشقي حد ثنا وهب بن سعيد بن عطية السلمي حد ثنا عيد الرحمن بن
زيد بن اسلم عن ابيه عن عبد الله بن عمرقال قال رسول الله : اعطواالا جيراجره قبل
ان يجف عرقه
“(Ibnu Majah menyatakan),
al-Abbas bin Walid al-Dimasyqiy telah menyampaikan (riwayat) kepada kami, Wahb
bin Sa’id bin ‘Athiyah al-Salamiy telah menyampaikan (riwayat) kepada kami,
‘Abd ar-Rahman bin Zaid bin Aslam telah menyampaikan (riwayat) kepada kami,
riwayat itu dari ayahnya, dari Abdullah bin Umar yang berkata, Rasullullah
bersabda : Berikanlah gaji/upah pegawai sebelum kering keringatnya”.[15]
Hadis ini memerintahkan kita untuk memberi upah, gaji,
insentif, atau honorarium kepada pekerja atau pegawai secepat mungkin (sebelum
kering keringatnya). Maksudnya, system penggajian pegawai seharusnya dilakukan
secara langsung, tanpa menunggu satu bulan sekali atau satu semester sekali.
Dengan pengertian lain, hadis tersebut berisi
pendidikan penghargaan, dan dalam mengelola suatu lembaga, termasuk lembaga
pendidikan Islam, penghargaan ini sangat kondusif untuk mewujudkan kepuasan pegawai
yang selanjutnya mampu membangkitkan tanggung jawab dan kedisiplinan. Menurut
Jamal Madhi, “Kedisiplinan merupakan gizi bagi pekerjaan”.[16]
- Surah an-Nsa’ : 35
وان
خفتم شقا ق بينهما فا بعثوا حكما من اهله وحكما من اهلها ان يريدا اصلا حا يوفق
الله بينهما ان الله عليما خبيرا
Dan jika kamu khawatir ada persengketaan antara keduanya, maka
kirimlah seorang hakam (orang yang tidak curang dan memelihara rahasia) dari
keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang
ini bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberikan taufiq kepada
suami istri itu, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal,[17]
Inti sari
ayat ini adalah mekanisme manajemen konflik. Model pengelolaan konflik menurut
ayat ini ditempuh dengan cara melibatkan pihak ketiga sebagai mediator, baik
dari keluarga suami maupun dari keluarga istri untuk mewujutkan ishlah (perbaikan)
hubungan antara keduanya.
Konflik dalam ayat tersebut terjadi pada keluarga. Ini
berarti, ayat tersebut mengajarkan pendidikan bagi keluarga agar rukun kembali.
Jika terjadi konflik, lakukan mediasi sesegera mungkin sehingga konflik tidak
berlarut-larut yang kelak dapat mengancam keutuhan rumah tangga.[18]
- Surah al-Shaff : 2-3
يا يها
الذ ين امنوا لما تقولون ما لا تفعلون . كبر مقتا عند الله ان تقولوا ما لا تفعلون
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang
tidak kamu kerjakan ? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan
apa-apa yang tidak kamu kerjakan.[19]
Ayat ini menyentuh persoalan kesesuaian antara
perkataan dengan perbuatan yang sekarang populer dengan istilah konsistensi.
Sikap konsisten bagi manajer adalah suatu keharusan sebab dia adalah pemimpin
yang dianut oleh bawahannya.[20]
- Hadis riwayat Imam Thabrani
ان
الله يحب اذا عمل احدكم العمل ان يتقنه
“Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu
pekerjaan dilakukan secara Itqan/profesional(tepat,terarah,jelas dan tuntas).”[21]
Dalam ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan
secara rapi, benar, tertib, dan teratur (professional). Proses-prosesnya harus
diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan.
- Dimock menyatakan bahwa ”management is knowing where you want to go shalt you must a wid what the forces are with to which you must deal, and how to handle your ship, your crew affectivelly and without waste in the process of getting there”.[22]
Kemudian
definisi tersebut diterjemahkan oleh A.Sayyid Mahmud Al Hawariy ke dalam
bukunya “Al-Idaroh Al-Ushul Wal Ushushil Ilmiyah” sebagai berikut:
الادرة
هي معرفة الى اين تذ هب و مهرفة المشاكل التى تجنبها و معرفة الفوي والعوامل التى
تنعرض لها كيفية التصرف لك و لبا خرتك والط قم البا خرة و بكخائة وبد ون طيا ع فى
مرحلة الذ ها ب الا هنا ك
Manajemen adalah: Mengetahui mana yang dituju, kesukaran apa yang
harus dihindari, kekuatan apa yang harus dijalankan dan bagaimana mengemudikan
kapal anda serta anggota dengan sebaik-baiknya tanpa pemborosan waktu dalam
proses mengerjakannya.[23]
B. Falsafah Manajemen
Pendidikan Islam
Setiap jenis pengetahuan termasuk pengetahuan
manajemen mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana
(epistimologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan manajemen tersebut
disusun. Ketiganya berkaitan satu sama lain (system). Ontologi ilmu terkait dengan
epistimologi, dan epistimologi terkait dengan aksiologi dan seterusnya.[24]
Berdasarkan landasan ontologi dan aksiologi itu, maka
bagaimana mengembangkan landasan epistimologi yang sesuai. Persoalan utama yang
dihadapi oleh setiap epistimologi pada dasarnya bagaimana mendapatkan
pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi.
Demikian juga halnya dengan masalah yang dihadapi epistimologi, yakni bagaimana
menyusun pengetahuan yang benar untuk menjadi masalah mengenai dunia empiris
yang akan digunakan sebagai alat untuk meramalkan dan mengendalikan peristiwa
atau gejala yang muncul. Di dalam pengetahuan manajemen, falsafah pada
hakekatnya menyediakan seperangkat pengetahuan (a body of related knowledge)
untuk berfikir efektif dalam memecahkan masalah-masalah manajemen. Ini
merupakan hakekat manajemen sebagai suatu disiplin ilmu dalam mengatasi masalah
organisasi berdasarkan pendekatan yang intelegen. Bagi seorang manajer perlu
pengetahuan tentang kebenaran manajemen, asumsi yang telah diakui, dan
nilai-nilai yang telah ditentukan. Pada akhirnya semua itu akan memberikan
kepuasan dalam melakukan pendekatan yang sistematik dalam praktek manajerial.[25]
Pada sisi lain manajemen dapat juga dipandang sebagai seni untuk
melaksanakan pekerjaan melalui orang lain (The art of getting done through
people), definisi ini mengandung arti bahwa seorang manajer dalam mencapai
tujuan organisasi melibatkan orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang
telah diatur oleh manajer. Oleh karena itu, ketrampilan yang dimiliki oleh
seorang manajer perlu dikembangkan baik melalui pengkajian maupun pelatihan.
Karena manajemen dipandang sebagai seni, maka seorang manajer perlu mengetahui
dan menguasai seni memimpin yang berkaitan erat dengan gaya kepemimpinan yang
tepat dan dapat diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi.
Selain manajemen dipandang sebagai ilmu dan seni, manajemen juga dapat
dikatakan sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk
mencapai prestasi manajer yang diikat dengan kode etik dan dituntut untuk
bekerja secara professional. Seorang professional harus mempunyai kemampuan,
sosial (hubungan manusiawi), dan tehnikal. Kemampuan konsep adalah kemampuan
mempersepsi organisasi sebagai suatu system, memahami perubahan pada setiap
bagian yang berpengaruh terhadap keseluruhan organisasi, kemampuan
mengkoordinasi semua kegiatan dan kepentingan organisasi. Kemampuan sosial atau
hubungan manusiawi diperlihatkan agar manajer mampu bekerja sama dan memimpin
kelompoknya dan memahami anggota sebagai individu dan kelompok. Adapun
kemampuan tehnik berkaitan erat dengan kemampuan yang dimiliki manajer dalam
menggunakan alat, prosedur dan tehnik bidang khusus, seperti halnya tehnik
dalam perencanaan program anggaran, program pendidikan dan sebagainya.
Manajemen dapat dikatakan sebagai profesi karena diperlukan keahlian
khusus yang harus dimiliki oleh manajer dan dituntut untuk bekerja secara
professional serta mampu menumbuh kembangkan profesionalitasnya baik melalui
pendidikan maupun pelatihan. Oleh karena itu, seorang manajer harus membekali
diri dengan kemampuan konseptual yang berkaitan dengan planning, organizing,
actuating dan controlling (POAC) serta kemampuan sosial yang mengatur tentang
hubungan manusiawi sehingga mampu menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat dalam
berbagai situasi dan kondisi, dan kemampuan teknis yang dapat mendukung dalam
pelaksanaan program yang dijalankan.[26]
Dalam pengertian ini ada beberapa unsur yang dapat diberikan penjelasan
sebagai berikut:
- Adanya proses, hal ini menunjukkan bahwa dalam manajemen adanya suatu tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan oleh seorang manajer.
- Adanya menata, ini berkaitan erat dengan makna manajemen secara etimologis yaitu to manage yang berarti mengelola, mengatur atau menata.
- Adanya upaya untuk menggerakkan, setelah diatur dan ditata dengan baik perlu dilaksanakan secara profesional. Dalam hal ini seorang manajer harus memberikan bantuan, dukungan, dan dorongan agar para staf dan bawahannya bisa bekerja secara profesional.
- Adanya sumber-sumber potensial yang harus dilibatkan baik yang bersifat manusia maupun non manusia. Dalam melibatkan sumber daya manusia perlu memperlihatkan keahlian dan profesionalitas, sedangkan sumber daya yang lain juga perlu diperhatikan mutu dan kualitasnya.
- Adanya tujuan yang harus dicapai, tujuan yang ada harus disepakati oleh keseluruhan anggota organisasi. Hal ini agar semua sumber daya manusia mempunyai tujuan yang sama dan selalu berusaha untuk mensukseskannya. Dengan demikian tujuan yang ada dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas dalam organisasi.
- Tujuan harus dicapai secara efektif dan efisien. Hal ini dimaksudkan agar para staf organisasi berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan disepakati dalam organisasi.[27]
C. Teori Manajemen
Pendidikan Islam
Teori
manajemen mempunyai peran (role) atau membantu menjelaskan perilaku organisasi
yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan(satisfaction).
Karakteristik teori manajemen secara garis besar dapat dinyatakan : 1) mengacu
pada pengalaman empirik, 2) adanya keterkaitan antara satu teori dengan teori
lain, 3) mengakui kemungkinan adanya penolakan.[28]
Di dalam
proses manajemen digambarkan fungsi-fungsi manajemen secara umum (general) yang
ditampilkan ke dalam perangkat organisasi dan mulai dikenal sebagai teori
manajemen klasik. Menurut teori klasik pilar-pilar manajemen klasik terdiri
dari 4 pilar, yaitu : pembagian kerja, proses skalar fungsi-fungsi, struktur,
tentang pengawasan.[29]
D. Prinsip Manajemen
Pendidikan Islam
Pentingnya
prinsip-prinsip dasar dalam praktik manajemen antara lain : 1) menentukan
cara/metode kerja; 2) pemilihan pekerja dan pengembangan keahliannya; 3)
pemilihan prosedur kerja; 4) menentukan bata-batas tugas; 5) mempersiapkan dan
membuat spesifikasi tugas; 6) melakukan pendidikan dan latihan; 7) menetukan
sistem dan besarnya imbalan. Semua itu dimaksudkan untuk meningkatkan
efektivitas, efisiensi, dan produktivitas kerja.[30]
Dalam
kaitanya dengan prinsip dasar manajemen, Fayol mengemukakan sejumlah prinsip
seperti yang dikutip oleh Nanang Fatah, yaitu : pembagian kerja, kejelasan
dalam wewenang dan tanggung jawab, disiplin, kesatuan komando, kesatuan arah,
lebih memprioritaskan kepentingan umum/organisasi daripada kepentingan pribadi,
pemberian kontra prestasi, sentralisasi, rantai skalar, tertib, pemerataan,
stabilitas dalam menjabat, inisiatif, dan semangat kelompok. Keempat belas
prinsip dasar tersebut dijadikan patokan dalam praktik manajerial dalam
melakukan manajemen yang berorientasi kepada sasaran (Management by Objectives
{MBO}), manajemen yang berorientasi orang (Managemnet by People {MBP}),
manajemen yang berorientasi kepada struktur (Management by Technique {MBT}),
dan manajemen berdasarkan informasi (Management by Information {MBI}) atas
Management Information System {MIS}.[31]
E. Praktik Manajerial
Pendidikan Islam
Praktik
manajerial adalah kegiatan yang dilakukan oleh manajer. Apabila manajemen
dipandang sebagai serangkaian kegiatan atau proses, maka proses itu akan mencakup
bagaimana cara mengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai sumber untuk
mencapai tujuan organisasi (produktivitas dan kepuasan) dengan melibatkan
orang, teknik, informasi, dan struktur
yang telah dirancang. Kegiatan manajerial ini meliputi banyak aspek,
namun aspek utama dan sangat esensial yaitu perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading), dan pengawasan
(controlling).[32]
Banyak
sumber daya manajemen yang terlibat dalam organisasi atau lembaga-lembaga
termasuk lembaga pendidikan, antara lain: manusia, sarana dan prasarana, biaya,
teknologi, dan informasi. Namun demikian sumber daya yang paling penting dalam
pendidikan adalah sumber daya manusia. Bagaiman manajer menyediakan tenaga,
bakat kreativitas, dan semangatnya bagi organisasi. Karena itu tugas terpenting
dari seorang manajer adalah menyeleksi, menempatkan, melatih, dan mengembangkan
sumber daya manusia. Persoalannya pengembangan sumber daya manusia mempunyai
hubungan yang positif dengan produktivitas dan pertumbuhan organisasi, kepuasan
kerja, kekuatan dan profesionalitas manajer.[33]
Yang
dimaksud dengan sumber daya manusia , menurut Shetty dan Vernon B. Bucher yang
dikutip oleh Nanang Fatah, terkandung aspek : kompetensi, keterampilan/skill,
kemampuan, sikap, perilaku, motivasi, dan komitmen.[34]
Persoalan
pokok dalam pembinaan tenaga kependidikan adalah pembinaan etos kerja. Etos
kerja adalah sikap mental untuk menghasilkan produk kerja yang baik, bermutu
tinggi. Etos kerja dipengaruhi oleh variabel sikap, pandangan, cara-cara, dan
kebiasan-kebiasan kerja yang ada pada seseorang, suatu kelompok, atau bangsa.
Pembinaan etos kerja ini merupakan bagian dari pembinaan tata nilai (value
system), dan dalam dunia pendidikan masalah ini tidak cukup diperhatikan. Pada
pengembangan mutu SDM ini yang paling banyak dilakukan pembinaan keterampilan
untuk melakukan sesuatu yang nyata seperti keterampilan komputer, menjahit,
akuntansi, dan sebagainya. Akan tetapi membentuk keinginan bagaimana melakukan
pekerjaan-pekerjaan itu sebaik-baiknya kurang diperhatikan. Tentunya hal ini
hanya dapat terwujud jika kemampuan menghasilkan sesuatu yang bermutu itu
ditunjang oleh etos kerja , motivasi tinggi untuk berprestasi. Bagaimana
caranya memupuk etos kerja. Salah satu usaha dengan menciptakan suasana kerja
yang mengantarakan perilaku karyawan/guru ke arah yang lebih produktif secara
langsung mengubah sikap, pandangan, harapan dan keterampilan/keahlian yang
lebih efektif dan efisien.[35]
Paradigma keilmuan manajemen pendidikan Islam melalui wahyu, hadis Nabi
maupun perkataan sahabat memberikan inspiratif-kreatif dalam membangun
konsep ilmiah. Namun kaidah manajemen pendidikan yang terdapat dalam literature
dan dipengaruhi oleh pemikiran dan pengalaman orang Barat harus adaptif-selektif.
Oleh karena itu, dibutuhkan para peramu atau peracik bahan-bahan tersebut
menjadi formula-formula teoretis yang kemudian bisa diaplikasikan. Jika
berhasil dengan baik, langkah berikutnya adalah disosialisasikan dan
dipublikasikan pada masyarakat luas agar cepat tersebar.[36]
Sungguh, tradisi berpikir teoretis berorientasi pada keilmuan dan tentu
memotivasi dinamika keilmuan atau dinamika peradapan, maka jangan berhenti hanya hafal
konsep-konsep manajemen pendidikan Islam secara normatif saja, tanpa
mengaplikasikan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Kerangka dasar manajemen
pendidikan Islam yaitu falsafah, asumsi, prinsip-prinsip, dan teori.
2.
Falsafah manajemen pendidikan
Islam adalah menyediakan seperangkat pengetahuan (a body of related knowledge)
untuk berfikir efektif dalam memecahkan masalah-masalah manajemen.
3. Teori manajemen pendidikan Islam melingkupi pembagian kerja, proses skalar fungsi-fungsi,
struktur, tentang pengawasan.
4.
Prinsip manajemen pendidikan Islam
yakni pembagian kerja, kejelasan
dalam wewenang dan tanggung jawab, disiplin, kesatuan komando, kesatuan arah,
lebih memprioritaskan kepentingan umum/organisasi daripada kepentingan pribadi,
pemberian kontra prestasi, sentralisasi, rantai skalar, tertib, pemerataan, stabilitas
dalam menjabat, inisiatif, dan semangat kelompok.
5. Praktik manajerial pendidikan Islam adalah perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling).
B. Saran
- Mari kita aplikasikan konsep-konsep manajemen pendidikan tersebut dalam pengelolaan lembaga pendidikan Islam atau organisasi masing-masing.
- Janganlah hanya menghafal konsep-konsep tersebut, karena hal itu merupakan tradisi berfikir normatif yang akan berujung pada stagnasi (kemandekan) berfikir.
- Aplikasikan konsep tersebut dengan berfikir teoretis sebagai pembangkit peradapan Islam.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahan, Lembaga Percetakan
Al-Qur’an Raja Fahd, 1418 H
Dimock, The Executive in Action, (New
York : Harver and Bross,1954)
Hermawan Kertajaya, Muhammad Syakir Sula. Syariah Marketing (Jakarta:
Mizan,2008)
Marhum Sayyid Ahmad al-Hasyimi, Mukhtarul Ahaadis wa al-hukmu
al-Muhammadiyah, (Surabaya : Dar an-Nasyr-Misriyyah,tt)
Muahammad bin Yazid Abu Abdillah al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, Jilid II
(Beirut: Dar al-Fikr,tt)
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukharyal-Ja’fi, al-Jami al-Shahih
al-Muhtashar, Jilid I, (Beirut: Dar ibn Katsir, 1987/1407)
Mujamil Qomar. Manajemen Pendidikan
Islam (Surabaya : Erlangga)
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2008)
Prim Masrokan Mutohar, Diktat kuliah Manajemen Pendidikan, (Tulungagung
STAIN, 2005)
Sayyid Mahmud al-Hawariy, al-Idarah al-Ushul wa Ususul Ilmiyah,
(Kairo,tt)
Sulistiyorini, Manajemen Pendidikan
Islam(Surabaya : elKAF,2006),
A
|
ش
|
K
|
ن
|
U
|
ع
|
?
|
ظ
|
B
|
لا
|
L
|
م
|
V
|
ر
|
:
|
ك
|
C
|
ؤ
|
M
|
ة
|
W
|
ص
|
“
|
ط
|
D
|
ي
|
N
|
ى
|
X
|
ء
|
~
|
ذ
|
E
|
ث
|
O
|
خ
|
Y
|
غ
|
|
|
F
|
ب
|
P
|
ح
|
Z
|
ئ
|
J
|
ت
|
G
|
ل
|
Q
|
ض
|
<
|
و
|
H
|
تا
|
H
|
ا
|
R
|
ق
|
>
|
ز
|
X.SIF
|
تاْ
|
I
|
ه
|
S
|
س
|
{
|
ج
|
|
|
J
|
ت
|
T
|
ف
|
}
|
د
|
|
|
[1]
Sulistiyorini, Manajemen Pendidikan Islam(Surabaya : elKAF,2006), 5
[2] Prim
Masrokan Mutohar, Diktat kuliah Manajemen Pendidikan, (Tulungagung STAIN,
2005), 2
[3] Mujamil
Qomar. Manajemen Pendidikan Islam (Surabaya : Erlangga), 12-13
[4] Nanang
Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya :
2008), 9-10
[5] Ibid, 15
[6] Ibid, 16
[7] Ibid, 16
[8] Ibid, 7
[9] Q.S
al-Haysr : 18
[10] Mujamil
Qomar. Manajemen Pendidikan Islam (Surabaya : Erlangga), 30
[11] Ibid,
31
[12]
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukharyal-Ja’fi, al-Jami al-Shahih
al-Muhtashar, Jilid I, (Beirut: Dar ibn Katsir, 1987/1407), 33
[13] Mujamil
Qomar. Manajemen Pendidikan Islam (Surabaya : Erlangga), 32
[14]
Hermawan Kertajaya, Muhammad Syakir Sula. Syariah Marketing (Jakarta:
Mizan,2008), 49-50
[15]
Muahammad bin Yazid Abu Abdillah al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, Jilid II
(Beirut: Dar al-Fikr,tt), 817
[16] Mujamil
Qomar. Manajemen Pendidikan Islam (Surabaya : Erlangga), 33
[17] Q.S.
al-Nisa’ : 35
[18] Mujamil
Qomar. Manajemen Pendidikan Islam (Surabaya : Erlangga), 33
[19] Q.S.
as-Shaff : 2-2
[20] Mujamil
Qomar. Manajemen Pendidikan Islam (Surabaya : Erlangga), 35
[21] Marhum
Sayyid Ahmad al-Hasyimi, Mukhtarul Ahaadis wa al-hukmu al-Muhammadiyah,
(Surabaya : Dar an-Nasyr-Misriyyah,tt), 34
[22] Dimock,
The Executive in Action, (New York : Harver and Bross,1954), 17
[23] Sayyid
Mahmud al-Hawariy, al-Idarah al-Ushul wa Ususul Ilmiyah, (Kairo,tt), 569
[24] Ibid.
11
[25] Ibid,
11
[26]
Sulistiyorini, Manajemen Pendidikan Islam(Surabaya : elKAF,2006), 5-7
[27] Ibid, 8
[28] Nanang
Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008),11
[29] Ibid,
11
[30] Ibid,
12
[31] Ibid,
12
[32] Ibid,
13
[33] Ibid
[34] Ibid
[35] Ibid,
14
[36] Mujamil
Qomar. Manajemen Pendidikan Islam (Surabaya : Erlangga), 36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar