PRINSIP-PRINSIP
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
Oleh
: Narto (sabdonarto@gmail.com)
Di antara ciri lembaga pendidikan yang
baik, adalah lembaga pendidikan yang berorientasi pada empat hal : inovasi,
efisiensi, servis dan responsibilitas. Inovasi merupakan ruh dari lembaga
pendidikan karena setiap manajer lembaga pendidikan harus memiliki suatu
keunggulan yang membedakan dari manajer lainnya, baik dalam bentuk produk,
layanan, atau nilai tambah lainnya. Sedemikian rupa pentingya inovasi dalam
dunia persaingan lembaga pendidikan, sebagian guru manajemen mengungkapkan
semboyan “innovate or die”(berinovasi atau mati); tidak ada pilihan lain untuk
bisa bertahan dan memimpin.
Lima
belas abad yang lalu, proses ini diungkapkan dalam hadis Rasulullah yang
intinya “ barang siapa berijtihad (baca: berinovasi) dan benar, maka ia akan
mendapat dua pahala, tetapi barang siapa yang salah ijtihadnya ia (tetap) akan
mendapat satu pahala”. Tidak ada satu organisasi/lembaga mana pun di dunia ini
yang memberikan reward kepada pegawai/karyawannya yang melakukan kesalahan
kecuali kesalahan berinovasi dalam Islam. Sengaja Islam mengambil preposisi
seperti ini karena dua hal : sangat vitalnya posisi inovasi, demikian juga
kesadaran bahwa inovasi harus terus menerus disemangati dan diberi jaminan
untuk tidak takut salah. Dengan jaminan untuk tetap dapat pahala dan terbebas
dari azab (siksaan), maka pintu untuk berkreasi dan bereksperimen menjadi
terbuka luas selama niat dan tujuan eksperimen tersebut bisa
dipertanggung-jawabkan.
Dalam
pemenangan persaingan, seorang manajer harus terus berinovasi, juga wajib
memperhatikan hal kedua, yaitu efisiensi. Untuk suatu manajemen yang efektif,
kita tidak boleh terlalu sering mengatakan “barangkali” dan “ ya coba-cobalah”’
Hanya dengan kejelian yang tinggi dalam memilih target yang sesuai dengan
produk dan layanan yang dimiliki, kita dapat melakukan efisiensi dalam
manajemen. Rasulullah Saw. bersabda “perlakukanlah seseorang itu sesuai dengan
posisi masing-masing dan berkomunikasilah sesuai dengan kemampuan nalarnya”.
Hal
ketiga yang harus dilaksanakan oleh manajer adalah servis. Servis harus
dilakukan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan. Dalam Islam, tidaklah seorang
melakukan pelayanan kepada saudaranya kecuali akan mendapatkan dua keuntungan :
keuntungan komersial di dunia dan keuntungan pahala di akhirat nanti. Karena,
tidaklah seseorang mampu memenuhi kebutuhan orang lain atau meringankan
kesulitannya kecuali dicatat sebagai ibadah. Agar sampai kepada sasarannya,
servis harus dilakukan melalui suatu process yang terus-menerus. Rasulullah
mengatakan, “sebaik-baik hal adalah kontinuitasnya sekalipun sedikit”. Karena,
hanya dengan kontinuitas atau keistiqamahanlah kita akan mampu mengukuhkan
brand yang merupakan citra produk kita.
Ketiga
prinsip tersebut belum lengkap sebelum seorang manajer memiliki inner calling
dan responsibilitas yang terintegrasi dan transendental. Yang dimaksud
terintegrasi adalah responsibilitas tidak saja terhadap wali murid, tetapi juga
terhadap karyawan, pemerintah, masyarakat, alam lingkungan, dan generasi
penerus. Sementara transendental adalah pertanggungjawaban ketika hidup dan
sesudah hidup selesai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar